Kuliah Tamu "Periodisasi dan Perkembangan Arsitektur di Indonesia"

Kuliah Tamu - 01 Desember 2020 - 12:00 AM

Pada tanggal 24 Agustus 2020 kemarin, telah berlangsung kuliah tamu untuk mata kuliah Pengantar Teori dan Sejarah Arsitektur. Judul yang diangkat untuk kuliah tamu kali ini adalah Periodisasi dan Perkembangan Arsitektur di Indonesia. Materi ini dibawakan oleh Bapak Ir. Dimas Wihardyanto, S.T., M.T., IPM. Yang merupakan dosen dari Arsitektur UGM. Paparan mengenai perkembangan arsitektur di Indonesia disampaikan oleh Pak Dimas dengan menggunakan metode Historiografi (menulis peristiwa di masa lalu secara kronologis dan sistematis, Jenkins, 1991). Historiografi yang popular dan paling menonjol di Indonesia adalah Historiografi Kolonial, dimana sifatnya adalah eropasentris, problem oriented (hubungan sebab akibat), dan subyektif. Penulisan sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia dimulai pada masa Kolonialisasi Belanda, dimana masyarakat sudah ada sebagian yang mengenal tulisan.

Dalam presentasinya, Pak Dimas berpendapat bahwa pada dasarnya, Arsitektur tradisional di Indonesia masih berkembang dan dinamis, masih melestarikan arsitekturnya. Apa yang terjadi di Indonesia ada sequence parallel yang berjalan bersama. Ada banyak bangunan di Indonesia yang mengalami akulturasi dan juga perpaduan elemen arsitektur bahkan hingga saat ini. Pak Dimas mengutip suatu kalimat yang menyebutkan bahwa Arsitektur merupakan tempat kehidupan yang memiliki nilai fisik dan filosofis bagi penggunanya, sedangkan perjalanan arsitektur merupakan perjalanan kebudayaan suatu bangsa, Antariksa, 2015). Beliau berkata “Kita harus bangga jadi orang Indonesia yang berbagai macam, karena itu menjadikan kita kuat dan berbeda, menjadikan kita pintar karena kita dinamis”.

Beliau menjelaskan bahwa di era pra kolonial, arsitektur dipandang sebagai anugrah Tuhan bagi raja dan kasta tertinggi. Sering disebut sebagai priode klasik dan identik dengan nilai – nilai kosmologi. Di masa kolonial, arsitektur merupakan pesan superioritas penjajah terhadap pribumi (pembeda Antara penjajah dan pribumi). Nilai – nilai yang penting adalah kelogisan sebuah perkembangan arsitektur. Sedangkan masa pasca kolonial, arsitektur arsitektur menjadi sebuah identitas baru yang mewakili kebangsaan Indonesia. Pada masa ini ada keinginan untuk kembali menggali sebuah value arsitektur. Bisa jadi saat masa inilah terjadi siklus dimana manusia kembali menyentuh nilai kosmologi namun penerapannya logis. Banyak arsitek mulai merumuskan ulang jati diri arsitektur Indonesia.

Ada tantangan dalam mempelajari sejarah arsitektur, terutama menunjuk pada aspek – aspek peninggalan yang hampir punah dan juga preferensi pelajar serta arsitek masa kini yang tidak banyak mengarah pada pelestarian arsitektur tradisional. Namun semuanya disesuaikan dengan konteks dimana kita tinggal. Pak Dimas berpesan bahwa arsitek muda Indonesia harus diajak kembali melihat kekayaan, dinamisme arsitektur yang ada di Indonesia. Mengadaptasi nilainya namun juga bisa mengubah bentuknya.